Senin, 09 Agustus 2010

Jumat, 14 Mei 2010

cerpen teenlit

HADIAH ULANG TAHUNKU

Kuhempaskan tubuhku diatas sofa ruang tamu. Pengapnya udara Metropolis berhasil memeras cairan yang berada dalam tubuhku. Sekali lagi aku menghela napas untuk mengusir rasa yang menggantung didalam pikiran akibat kejadian saat perjalanan pulang dari kampus tadi. Masih teringat jelas wajah bocah kecil yang tergeletak karena terserempet sepeda motor yang tidak bertanggung jawab, kabur dan meninggalkan orang yang telah ditabraknya. Berjuta makian orang yang mengutuk tindakan pengendara itu membuatku ikut ikutan ngomel, karena perjalananku otomatis terhambat apalagi dihadang oleh beberapa orang yang menghentikan mobil yang kubawa untuk mengantarkan korban tabrak lari itu kerumah sakit. Dengan terpaksa aku mengikuti kemauan mereka, aku tak punya pilihan lain apalagi saat melihat sorot mata bocah itu membuat hatiku luluh. Tanpa pikir panjang aku larikan mobil untuk secepatnya mendapatkan bantuan buat anak itu. Sesampainya didepan ruang IRD petugas dengan sigap melakukan pertolongan pada korban kecelakaan. Penderitaanku tak berakhir sampai disitu aku harus menjawab beberapa pertanyaan dari petugas kepolisian tentang kejadian sebenarnya.
"oh my god" mimpi apa aku semalam sampai harus berhadapan dengan kondisi seperti ini, beberapa pertanyaan lanjutan dari pak polisi membuatku semakin menderita karena bocah itu tak punya kerabat sama sekali yang bisa dihubungi, akhirnya akulah yang menjadi jaminan sampai keluarga sang korban ditemukan. ada sedikit penyesalan dalam hatiku mengapa harus aku yang terlibat masalah seperti ini. kuacak rambutku untuk membuang pikiran yang kian kalut.
Kembali kuedarkan pandangan kesekeliling ruang tamu. Peralatan memang tak seberapa, namun tertata begitu rapi dan terawat karena mama memang pecinta seni dan barang barang unik terutama yang berhubungan dengan keramik. Ku nyalakan AC namun tak bisa mengusir perasaan gundah dalam hati. tak seorangpun yang bisa diajak curhat. mama pasti sibuk dengan teman teman arisannya, sedangkan papa jangan ditanya lagi tenggelam dalam pekerjaan yang tak pernah ada kata selesai, pun sama dengan bik Siti pasti sedang ngerumpi dengan pembantu sebelah rumah. Tentang majikannya dan belanja dapur yang kian membumbung tinggi. Uh menyebalkan keadaan seperti ini. Photo yang terpajang diruang tamu menggambarkan sosok keluarga kecil, memang kecil karena aku adalah anak tunggal dikeluarga ini. Segala sesuatunya serba sendiri, bahkan pernah aku merengek meminta adik kecil dari dulu sampai sekarang tak pernah kesampaian. hingga tak terasa aku lebih akrab dengan bik Siti, bik Siti pula yang menjadi tempat menumpahkan segala uneg uneg dalam hatiku dan sekaligus sebagai tempat untukmelampiaskan jika aku lagi punya masalah baik di kampus atau saat aku bete sendirian.
"sudah pulang sayang...?" mama mengecup keningku kemudian menghilang dibalik pintu kamarnya. tinggal aku melongo sendiri, ingin aku ceritakan tentang kejadian siang tadi namun tak sempat, mama sudah keluar lagi dengan pakaian yang berbeda. Aku pikir apa rumah ini hanya dijadikan persinggahan semata. Datang lalu pergi lagi. aku masuk kamar dan mengurung diri dan tenggelam dalam pikiran yang masih kusut.
Malamnya sehabis makan aku mendapatkan panggilan dari kantor polisi. mama dan papa kaget, dikiranya aku mendapatkan masalah atau terlibat tindakan yang nggak benar. Setelah kuberi pengertian, akhirnya mereka terlihat mengerti dan sekaligus bangga, karena sempat sempatnya menolong korban kecelakaan yang sama sekali tak berhubungan denganku.
Sepulang kuliah aku sempatkan kerumah sakit menjenguk Satria nama bocah malang itu. Pertamanya terpaksa, namun para polisi itu yang membuatku terus terlibat dengan permasalahan ini. Tak sedikit pula aku menggerutu, tapi pada siapa? belum lagi harus menanggung biaya pengobatan Satria. Anak yang tak pernah aku kenal sebelumnya. Aku pergi keruang administrasi untukmembahas biaya pengobatan Satria, tapi aku kaget karena seseorang telah membayarkan semuanya, bahkan menjamin sampai Satria sembuh. Aku bertanya pada petugas tersebut tapi orangnya tak pernah tahu. Lalu aku temui Satria di Sal anak anak. Walaupun korban lakalantas, berhubung Satria tergolong anak anak akhirnya dipisahkan dari korban lakalantas lain dan ditempatkan terpisah di sal anak anak.
Tatapan mata Satria membuatku menjadi pingin tahu lebih dekat dengan bocah malang tersebut. Binar mata yang seakan mengucapkan terima kasih membuatku semakin bertambah kuat ingin membantunya. Sedikit demi sedikit tersibak latar belakangnya yang suram. Datang dari keluarga miskin di daerah paling ujung timur pulau jawa, orang tuanya meninggal karena kecelakaan sewaktu berjualan keliling dikota asalnya, Satria terdampar di kota Metropolis ini dengan menumpang kereta api secara gelap. Untuk bertahan hidup, Satria mengamen dari lampu merah satu kelampu merah yang lain, tak jarang tertangkap Kamtib. Setelah keluar dia tetap turun lagi menjual suara diperempatan lampu merah, mengais receh untuk sekadar makan. Seharusnya dia bersekolah dan bermain bersama teman teman sebayanya, namun Tak seorangpun yang bisa menjadi tempatnya bersandar. Hingga akhirnya terjadi kecelakan itu. Diam diam aku menghapus airmata yang menggenang disudut mataku. Tak mampu berpikir jika itu yang menimpa diriku.
Sejak saat itu aku telaten menjenguk Satria, nggak ada lagi yang namanya terpaksa atau apapun. yang ada semacam perasaan terikat dengan bocah malang itu. Hari demi hari aku berusaha membesarkan hati Satria. Mungkin disebabkan aku nggak punya adik di rumah berada disamping Satria membuatku menjadi begitu senang seakan menemukan kebahagian yang selama ini tak pernah hadir. Ditambah dengan sifat Satria yang sedikit kocak membuatku tambah lengket dengan bocah sembilan tahun tersebut.
Hingga akhirnya Satria harus keluar dari rumah sakit dan pihak kepolisian menyerahkan Satria kesebuah panti sosial, ada perasaan sedih dalam hatiku karena harus berpisah dengannya, walaupun baru beberapa minggu rasa kehilangan muncul dalam diriku. aku kembali beraktifitas seperti biasanya dari rumah kekampus dan sebaliknya. Kadang Meity sahabat baikku mengajak keluar dan beberapa kegiatan lainnya, namun semua itu menjadi sesuatu yang hambar. Itu tak luput dari pandangan Meity. Dia berusaha mengorek keterangan dariku. Sampai saat ini aku tak pernah memberitahu kepada sahabatku, aku takut ditertawain seperti yang lainnya, kalau berhubungan dengan orang yang tidak selevel dengan kehidupan mereka. Sementara dirumah setali tiga uang, mama dan papa tak punya sedikitpun untuk aku. aku sadar aku sudah terbilang dewasa untuk bermanja lagi, tapi kesepian sebagai anak tunggal telah menjerat hari hari yang aku jalani selama ini. hanya saja aku masih bisa mengontrol diri untuk tidak larut dalam tindakan bodoh yang bisa merugikan diriku sendiri dan menjaga norma yang telah tertanam sejak kecil.
Sekarang aku duduk di semester tiga disebuah perguruan tinggi bonafid di Metropolis aku belum berkeinginan menjalin hubungan spesial dengan yang namanya makhluk cowok. walaupun tak jarang yang memberikan sinyal suka dan menginginkanku untuk menjadi kekasih salah satu makhluk ganteng dikampus. Seringkali Meity atau yang lainnya berusaha mencomblangi aku dengan kenalan mereka, tapi tak satupun yang membuatku melting. aku sempat dijuluki putri salju. aku tetap happy dengan predikat jomblo yang kusandang
Hari ini ulang tahunku yang ke20. Apalagi bertepatan dengan weekend. Semua teman temanku diundang, mulai dari teman SMP, SMA bahkan teman teman kuliah tanpa terkecuali. Aku ingin merayakan angka keramat bagi seorang gadis sepertiku. Usia yang menandakan kedewasaan, walaupun dalam hati kecilku masih ada sifat yang jauh dari kata dewasa. Namun pertemuan dengan Satria mampu merubah pandangan hidupku selama ini.
Ketika semua sudah berkumpul diruang pesta, aku bersiap siap untuk meniup lilin yang berangka 20. belum sempat aku meniup tiba tiba papa meraih mike yang berada ditangan MC dan mengucapkan
"Untuk putri kami tercinta papa dan mama memberikan hadiah yang teristimewa" Aku berpikir hadiah seperti apa,karena setiap tahun mama dan papa selalu memberikan hadiah kejutan yang bisa membuatku berbahagia. Kalau mobil, aku telah mendapatkan pada saat kelulusan SMA dulu. Aku deg degan menanti kejutan apa lagi yang akan diberikan. Mereka menyuruhku menutup mata. Meity lalu menutup kedua mataku dengan sapu tangan pemberian mama. Rasa tak sabar menguasai untuk melihat kejutan apa yang akan diberikan mama sama papa kali ini. Musik mengalun perlahan semakin mempermainkan perasaanku. Ketika kubuka mataku
"selamat ulang tahun kak Chika" aku begitu surprise, mendapatkan sosok yang selama ini bermain dalam pikiranku. ya Satria menjadi kado terindah yang diberikan oleh mama dan papa, lebih dari apapun yang pernah aku dapatkan sebelumnya. Tanpa sepengetahuanku mama dan papa telah mengatur semua ini. ternyata mereka yang selalu memantau keadaan Satria selama ini. Melalui proses yang panjang mengadopsi Satria, sampai benar benar fight baru mereka menunjukkan padaku disaat yang tepat pada hari ulang tahunku yang kedua puluh.
Tepuk tangan dari teman temanku yang memberikan aplaus membuat airmataku mengalir tanpa bisa kutahan. Satria kupeluk erat seakan tak pernah mau kehilangan lagi. terima kasih tuhan kau berikan hadiah terindah dalam hidupku, hadiah seorang adik yang sekian lama kuimpikan. tak ada lagi bayangan kesepian dirumah ini. Terima kasih mama dan papa, I love forever.

JAGADSWARA: curhat sahabat (TAK BISA KELAIN HATI)

JAGADSWARA: curhat sahabat (TAK BISA KELAIN HATI)

curhat sahabat (TAK BISA KELAIN HATI)

Berangkat dari keluarga yang bersahaja dari salah satu kebupaten di jawa tengah aku menginjakkan kaki di Metropolis mengikuti saudaraku yang lebih dulu meniti karir disini. lika liku kehidupan mulai dari kota terbesar kedua di Indonesia ini.
Namaku Raden(nama samaran) aku anak bungsu dari lima bersaudara lahir 26 tahun yang lalu. ayahku pergi meninggalkanku selamanya disaat usiaku membutuhkan kasih sayang dan sosok seorang bapak. Ayahku meninggal saat aku masih duduk dibangku SD. seusia itu aku masih belum begitu merasakan arti kehilangan. yang aku pikirkan dengan adanya keluarga besar membuatku nyaman, namun secara perlahan aku mulai merasakan membutuhkan figur seorang yang tegas. Aku merasakan itu saat duduk dibangku SMP kelas dua. aku begitu mengagumi salah seorang guruku yang begitu mengayomi, aku mulai merasakan gejolak dalam diriku berbeda dengan teman laki laki yang lain. aku tidak suka bermain bersama mereka, aku merasa nyaman bermain bersama perempuan dan segala permainan mereka.
Sewaktu SMA Kristen walaupun aku muslim sengaja aku masuk sekolah kristen karena aku takut jika ada pelajaran mengaji takut disuruh mengaji karena tak tak bisa mengaji. Disini pula aku merasakan bagaimana merasakan jatuh cinta, bukan sekedar mengagumi seperti saat SMP dulu. Aku benar benar jatuh cinta sama guru Olahragaku, apalagi dia memperlakukan aku berbeda dengan siswa yang lain. mungkin diliihatnya sifatku yang feminim sehingga dia perlakukan aku seperti itu. Aku berusaha untuk selalu mendapatkan perhatian dari pak Doyok (bukan nama sebenarnya). hingga sampai aku lulus SMA aku tetap menyimpan perasaan cinta pada pak Doyok dan dia tiak pernah tahu isi hatiku.
Selepas SMA aku kekota Metropolis mengikuti mas diatasku, berhubung dia kerjanya belum begitu mapan atau dalam masa pelatihan di perusahaan jasa angkutan. aku terpaksa tinggal bersama bibi yang mempunyai dua anak. bibiku bekerja di instansi yang sama. selama dirumah bibi aku diperlakukan seperti pembantu yang tugasnya mencuci dan memasak. kalau cuma itu aku bermasalah, cuma kadang kelakuan anak anaknya yang selalu memerintahku seperti layaknya pembantu yang membuatku bertekad untuk kabur dari rumah itu. dengan segala keterbatasan masku menerima kehadiranku. selama disini aku mendapatkan ketenangan walaupun terbatas. Aku sungguh mengagumi masku. akujuga merasakan kenyamanan, walaupun umurnya tidak berbeda jauh namun kedewasaan membuatku merasa terlindungi. selama disitu aku bekerja sebagai tenaga cleaning service di sebuah perusahaan . sesekali aku menjadi penjaga warung.
Aku merasa kalau bekerja seperti itu tak sesuai dengan jiwaku, aku melamar disebuah restoran didaerah kota metropolis. aku menjadi KOKi namun itu hanya bertahan satu tahun. lalu aku melihat lowongan disebuah harian pagi Metropolis dan ternyata bergerak dalam bidang MLM. ya nggak apa aku ambil. dengan keluwesanku menjalin komunikasi,OMZET penjualanku selalu lebih dari para karyawan sebelumnya. setahun setengah aku bekerja diperusahaan ini suatu hari kedatangan pegawai baru namun pindahan dari kantor lain yang masih dalam satu organisasi. Semenjak itulah aku mulai merasakan kembali getar getar cinta. karena sikapnya yang dewasa kalem dan begitu mengayomi membuatku begitu senang berada didekatnya. Aku merasa iri karena dia selalu dikelilingi oleh wanita yang meminta perhatian. wajahnya tidak ganteng ataupun tampan, cuma ada kharisma yang terpancar dari sosoknya membuat orang orang yang dekat dengannya, terutama aku. walaupun usianya tidak terpaut jauh kami memanggilnya pak Seno(nama samaran), itu karena kami mengagumi beliau. Berawal dari seringnya meminta bagaimana memotifasi diri dari orang lain. membawaku lebih dekat dengannya.
Suatu hari aku sengaja pergi ketempat kostnya dengan alasan lagi kehilangan gairah kerja. aku sengaja datang malam malam biar nanti jika disuruh pulang alasan mess sudah ditutup biar aku diajak nginap ditempatnya. satu yang kusukai kalau dia tidur selalu memakai celana pendek tanpa baju. disaat seperti itu yang selalu hadir dalam mimpiku. malam malam aku mencuri waktu mengelus elus kakinya yang ditumbuhi bulu yang lebat yang menggambarkan kejantanannya.... sekali dua kali berlalu biasa saja, kali keempat aku nginap ditempatnya mungkin pak Seno bisa membaca pikiranku, saat aku pura pura ndusel dia memberikan sesuatu yang tak pernah terbayangkan. dia mengambil kepalaku dan mendekatkan kedaerah rahasianya dia lalu berkata. "mau....?" aku tak bisa berkata kata. aku bagaikan di awang awang aku mendekapnya dengan penuh gelora.
Mulai saat itu aku selalu ada untuk pak seno, segala keperluan pak seno aku penuhi, mulai dari mencuci bajunya, menyetrika dan sekaligus memasak untuknya. aku menempatkan diriku untuk pak Seno sebagai istrinya. Aku berbakti pada beliau, hingga akhirnya aku diajak tinggal bareng pak seno. semakin bahagia rasanya hidupku. selama tiga tahun aku menjalani hidup serumah dengan pak seno, namun datang juga waktu yang begitu kutakutkan. Pak seno harus pergi dan meninggalkanku dia menikah dengan kekasihnya. apalah arti diriku yang hanya bisa berbakti, sebagaimanapun cintaku, tak mungkin hidup selamanya, tak bisa memiliki. Pak Seno cuma menyayangiku hanya sebatas itu, karena kodratnya sebagai laki laki harus beristrikan seorang perempuan. tak mungkin hidup selamanya bersamaku. Di hari terakhir sebelum kaeberangkatannya pak seno sangat beringas dan membuatku kewalahan seakan memberikan kenangan yang begitu istimewa buatku.
Sekarang setelah tiga tahun berlalu, kenangan itu masih saja mengikat erat simpul hatiku. setelah pak Seno pergi aku keluar dari pekerjaan itu. sekarang aku bekerja sebagai penjaga sekaligus pengolah makanan timur tengah yang siap saji. banyak sekali orang mau menjalin hubungan denganku tapi tak satupun yang bisa menggoyahkan hatiku,karena yang bisa membuatku jatuh cinta. Aku hanya bisa jatuh hati pada laki laki yang punya penampilan matang dalam arti dewasa dan berpikir luas. Pak Seno sampai sekarang aku merindukanmu. Terima kasih atas semua yang pernah terjadi.

Seperti yang di tuturkan Raden di SDA