Jumat, 14 Mei 2010

cerpen teenlit

HADIAH ULANG TAHUNKU

Kuhempaskan tubuhku diatas sofa ruang tamu. Pengapnya udara Metropolis berhasil memeras cairan yang berada dalam tubuhku. Sekali lagi aku menghela napas untuk mengusir rasa yang menggantung didalam pikiran akibat kejadian saat perjalanan pulang dari kampus tadi. Masih teringat jelas wajah bocah kecil yang tergeletak karena terserempet sepeda motor yang tidak bertanggung jawab, kabur dan meninggalkan orang yang telah ditabraknya. Berjuta makian orang yang mengutuk tindakan pengendara itu membuatku ikut ikutan ngomel, karena perjalananku otomatis terhambat apalagi dihadang oleh beberapa orang yang menghentikan mobil yang kubawa untuk mengantarkan korban tabrak lari itu kerumah sakit. Dengan terpaksa aku mengikuti kemauan mereka, aku tak punya pilihan lain apalagi saat melihat sorot mata bocah itu membuat hatiku luluh. Tanpa pikir panjang aku larikan mobil untuk secepatnya mendapatkan bantuan buat anak itu. Sesampainya didepan ruang IRD petugas dengan sigap melakukan pertolongan pada korban kecelakaan. Penderitaanku tak berakhir sampai disitu aku harus menjawab beberapa pertanyaan dari petugas kepolisian tentang kejadian sebenarnya.
"oh my god" mimpi apa aku semalam sampai harus berhadapan dengan kondisi seperti ini, beberapa pertanyaan lanjutan dari pak polisi membuatku semakin menderita karena bocah itu tak punya kerabat sama sekali yang bisa dihubungi, akhirnya akulah yang menjadi jaminan sampai keluarga sang korban ditemukan. ada sedikit penyesalan dalam hatiku mengapa harus aku yang terlibat masalah seperti ini. kuacak rambutku untuk membuang pikiran yang kian kalut.
Kembali kuedarkan pandangan kesekeliling ruang tamu. Peralatan memang tak seberapa, namun tertata begitu rapi dan terawat karena mama memang pecinta seni dan barang barang unik terutama yang berhubungan dengan keramik. Ku nyalakan AC namun tak bisa mengusir perasaan gundah dalam hati. tak seorangpun yang bisa diajak curhat. mama pasti sibuk dengan teman teman arisannya, sedangkan papa jangan ditanya lagi tenggelam dalam pekerjaan yang tak pernah ada kata selesai, pun sama dengan bik Siti pasti sedang ngerumpi dengan pembantu sebelah rumah. Tentang majikannya dan belanja dapur yang kian membumbung tinggi. Uh menyebalkan keadaan seperti ini. Photo yang terpajang diruang tamu menggambarkan sosok keluarga kecil, memang kecil karena aku adalah anak tunggal dikeluarga ini. Segala sesuatunya serba sendiri, bahkan pernah aku merengek meminta adik kecil dari dulu sampai sekarang tak pernah kesampaian. hingga tak terasa aku lebih akrab dengan bik Siti, bik Siti pula yang menjadi tempat menumpahkan segala uneg uneg dalam hatiku dan sekaligus sebagai tempat untukmelampiaskan jika aku lagi punya masalah baik di kampus atau saat aku bete sendirian.
"sudah pulang sayang...?" mama mengecup keningku kemudian menghilang dibalik pintu kamarnya. tinggal aku melongo sendiri, ingin aku ceritakan tentang kejadian siang tadi namun tak sempat, mama sudah keluar lagi dengan pakaian yang berbeda. Aku pikir apa rumah ini hanya dijadikan persinggahan semata. Datang lalu pergi lagi. aku masuk kamar dan mengurung diri dan tenggelam dalam pikiran yang masih kusut.
Malamnya sehabis makan aku mendapatkan panggilan dari kantor polisi. mama dan papa kaget, dikiranya aku mendapatkan masalah atau terlibat tindakan yang nggak benar. Setelah kuberi pengertian, akhirnya mereka terlihat mengerti dan sekaligus bangga, karena sempat sempatnya menolong korban kecelakaan yang sama sekali tak berhubungan denganku.
Sepulang kuliah aku sempatkan kerumah sakit menjenguk Satria nama bocah malang itu. Pertamanya terpaksa, namun para polisi itu yang membuatku terus terlibat dengan permasalahan ini. Tak sedikit pula aku menggerutu, tapi pada siapa? belum lagi harus menanggung biaya pengobatan Satria. Anak yang tak pernah aku kenal sebelumnya. Aku pergi keruang administrasi untukmembahas biaya pengobatan Satria, tapi aku kaget karena seseorang telah membayarkan semuanya, bahkan menjamin sampai Satria sembuh. Aku bertanya pada petugas tersebut tapi orangnya tak pernah tahu. Lalu aku temui Satria di Sal anak anak. Walaupun korban lakalantas, berhubung Satria tergolong anak anak akhirnya dipisahkan dari korban lakalantas lain dan ditempatkan terpisah di sal anak anak.
Tatapan mata Satria membuatku menjadi pingin tahu lebih dekat dengan bocah malang tersebut. Binar mata yang seakan mengucapkan terima kasih membuatku semakin bertambah kuat ingin membantunya. Sedikit demi sedikit tersibak latar belakangnya yang suram. Datang dari keluarga miskin di daerah paling ujung timur pulau jawa, orang tuanya meninggal karena kecelakaan sewaktu berjualan keliling dikota asalnya, Satria terdampar di kota Metropolis ini dengan menumpang kereta api secara gelap. Untuk bertahan hidup, Satria mengamen dari lampu merah satu kelampu merah yang lain, tak jarang tertangkap Kamtib. Setelah keluar dia tetap turun lagi menjual suara diperempatan lampu merah, mengais receh untuk sekadar makan. Seharusnya dia bersekolah dan bermain bersama teman teman sebayanya, namun Tak seorangpun yang bisa menjadi tempatnya bersandar. Hingga akhirnya terjadi kecelakan itu. Diam diam aku menghapus airmata yang menggenang disudut mataku. Tak mampu berpikir jika itu yang menimpa diriku.
Sejak saat itu aku telaten menjenguk Satria, nggak ada lagi yang namanya terpaksa atau apapun. yang ada semacam perasaan terikat dengan bocah malang itu. Hari demi hari aku berusaha membesarkan hati Satria. Mungkin disebabkan aku nggak punya adik di rumah berada disamping Satria membuatku menjadi begitu senang seakan menemukan kebahagian yang selama ini tak pernah hadir. Ditambah dengan sifat Satria yang sedikit kocak membuatku tambah lengket dengan bocah sembilan tahun tersebut.
Hingga akhirnya Satria harus keluar dari rumah sakit dan pihak kepolisian menyerahkan Satria kesebuah panti sosial, ada perasaan sedih dalam hatiku karena harus berpisah dengannya, walaupun baru beberapa minggu rasa kehilangan muncul dalam diriku. aku kembali beraktifitas seperti biasanya dari rumah kekampus dan sebaliknya. Kadang Meity sahabat baikku mengajak keluar dan beberapa kegiatan lainnya, namun semua itu menjadi sesuatu yang hambar. Itu tak luput dari pandangan Meity. Dia berusaha mengorek keterangan dariku. Sampai saat ini aku tak pernah memberitahu kepada sahabatku, aku takut ditertawain seperti yang lainnya, kalau berhubungan dengan orang yang tidak selevel dengan kehidupan mereka. Sementara dirumah setali tiga uang, mama dan papa tak punya sedikitpun untuk aku. aku sadar aku sudah terbilang dewasa untuk bermanja lagi, tapi kesepian sebagai anak tunggal telah menjerat hari hari yang aku jalani selama ini. hanya saja aku masih bisa mengontrol diri untuk tidak larut dalam tindakan bodoh yang bisa merugikan diriku sendiri dan menjaga norma yang telah tertanam sejak kecil.
Sekarang aku duduk di semester tiga disebuah perguruan tinggi bonafid di Metropolis aku belum berkeinginan menjalin hubungan spesial dengan yang namanya makhluk cowok. walaupun tak jarang yang memberikan sinyal suka dan menginginkanku untuk menjadi kekasih salah satu makhluk ganteng dikampus. Seringkali Meity atau yang lainnya berusaha mencomblangi aku dengan kenalan mereka, tapi tak satupun yang membuatku melting. aku sempat dijuluki putri salju. aku tetap happy dengan predikat jomblo yang kusandang
Hari ini ulang tahunku yang ke20. Apalagi bertepatan dengan weekend. Semua teman temanku diundang, mulai dari teman SMP, SMA bahkan teman teman kuliah tanpa terkecuali. Aku ingin merayakan angka keramat bagi seorang gadis sepertiku. Usia yang menandakan kedewasaan, walaupun dalam hati kecilku masih ada sifat yang jauh dari kata dewasa. Namun pertemuan dengan Satria mampu merubah pandangan hidupku selama ini.
Ketika semua sudah berkumpul diruang pesta, aku bersiap siap untuk meniup lilin yang berangka 20. belum sempat aku meniup tiba tiba papa meraih mike yang berada ditangan MC dan mengucapkan
"Untuk putri kami tercinta papa dan mama memberikan hadiah yang teristimewa" Aku berpikir hadiah seperti apa,karena setiap tahun mama dan papa selalu memberikan hadiah kejutan yang bisa membuatku berbahagia. Kalau mobil, aku telah mendapatkan pada saat kelulusan SMA dulu. Aku deg degan menanti kejutan apa lagi yang akan diberikan. Mereka menyuruhku menutup mata. Meity lalu menutup kedua mataku dengan sapu tangan pemberian mama. Rasa tak sabar menguasai untuk melihat kejutan apa yang akan diberikan mama sama papa kali ini. Musik mengalun perlahan semakin mempermainkan perasaanku. Ketika kubuka mataku
"selamat ulang tahun kak Chika" aku begitu surprise, mendapatkan sosok yang selama ini bermain dalam pikiranku. ya Satria menjadi kado terindah yang diberikan oleh mama dan papa, lebih dari apapun yang pernah aku dapatkan sebelumnya. Tanpa sepengetahuanku mama dan papa telah mengatur semua ini. ternyata mereka yang selalu memantau keadaan Satria selama ini. Melalui proses yang panjang mengadopsi Satria, sampai benar benar fight baru mereka menunjukkan padaku disaat yang tepat pada hari ulang tahunku yang kedua puluh.
Tepuk tangan dari teman temanku yang memberikan aplaus membuat airmataku mengalir tanpa bisa kutahan. Satria kupeluk erat seakan tak pernah mau kehilangan lagi. terima kasih tuhan kau berikan hadiah terindah dalam hidupku, hadiah seorang adik yang sekian lama kuimpikan. tak ada lagi bayangan kesepian dirumah ini. Terima kasih mama dan papa, I love forever.

JAGADSWARA: curhat sahabat (TAK BISA KELAIN HATI)

JAGADSWARA: curhat sahabat (TAK BISA KELAIN HATI)

curhat sahabat (TAK BISA KELAIN HATI)

Berangkat dari keluarga yang bersahaja dari salah satu kebupaten di jawa tengah aku menginjakkan kaki di Metropolis mengikuti saudaraku yang lebih dulu meniti karir disini. lika liku kehidupan mulai dari kota terbesar kedua di Indonesia ini.
Namaku Raden(nama samaran) aku anak bungsu dari lima bersaudara lahir 26 tahun yang lalu. ayahku pergi meninggalkanku selamanya disaat usiaku membutuhkan kasih sayang dan sosok seorang bapak. Ayahku meninggal saat aku masih duduk dibangku SD. seusia itu aku masih belum begitu merasakan arti kehilangan. yang aku pikirkan dengan adanya keluarga besar membuatku nyaman, namun secara perlahan aku mulai merasakan membutuhkan figur seorang yang tegas. Aku merasakan itu saat duduk dibangku SMP kelas dua. aku begitu mengagumi salah seorang guruku yang begitu mengayomi, aku mulai merasakan gejolak dalam diriku berbeda dengan teman laki laki yang lain. aku tidak suka bermain bersama mereka, aku merasa nyaman bermain bersama perempuan dan segala permainan mereka.
Sewaktu SMA Kristen walaupun aku muslim sengaja aku masuk sekolah kristen karena aku takut jika ada pelajaran mengaji takut disuruh mengaji karena tak tak bisa mengaji. Disini pula aku merasakan bagaimana merasakan jatuh cinta, bukan sekedar mengagumi seperti saat SMP dulu. Aku benar benar jatuh cinta sama guru Olahragaku, apalagi dia memperlakukan aku berbeda dengan siswa yang lain. mungkin diliihatnya sifatku yang feminim sehingga dia perlakukan aku seperti itu. Aku berusaha untuk selalu mendapatkan perhatian dari pak Doyok (bukan nama sebenarnya). hingga sampai aku lulus SMA aku tetap menyimpan perasaan cinta pada pak Doyok dan dia tiak pernah tahu isi hatiku.
Selepas SMA aku kekota Metropolis mengikuti mas diatasku, berhubung dia kerjanya belum begitu mapan atau dalam masa pelatihan di perusahaan jasa angkutan. aku terpaksa tinggal bersama bibi yang mempunyai dua anak. bibiku bekerja di instansi yang sama. selama dirumah bibi aku diperlakukan seperti pembantu yang tugasnya mencuci dan memasak. kalau cuma itu aku bermasalah, cuma kadang kelakuan anak anaknya yang selalu memerintahku seperti layaknya pembantu yang membuatku bertekad untuk kabur dari rumah itu. dengan segala keterbatasan masku menerima kehadiranku. selama disini aku mendapatkan ketenangan walaupun terbatas. Aku sungguh mengagumi masku. akujuga merasakan kenyamanan, walaupun umurnya tidak berbeda jauh namun kedewasaan membuatku merasa terlindungi. selama disitu aku bekerja sebagai tenaga cleaning service di sebuah perusahaan . sesekali aku menjadi penjaga warung.
Aku merasa kalau bekerja seperti itu tak sesuai dengan jiwaku, aku melamar disebuah restoran didaerah kota metropolis. aku menjadi KOKi namun itu hanya bertahan satu tahun. lalu aku melihat lowongan disebuah harian pagi Metropolis dan ternyata bergerak dalam bidang MLM. ya nggak apa aku ambil. dengan keluwesanku menjalin komunikasi,OMZET penjualanku selalu lebih dari para karyawan sebelumnya. setahun setengah aku bekerja diperusahaan ini suatu hari kedatangan pegawai baru namun pindahan dari kantor lain yang masih dalam satu organisasi. Semenjak itulah aku mulai merasakan kembali getar getar cinta. karena sikapnya yang dewasa kalem dan begitu mengayomi membuatku begitu senang berada didekatnya. Aku merasa iri karena dia selalu dikelilingi oleh wanita yang meminta perhatian. wajahnya tidak ganteng ataupun tampan, cuma ada kharisma yang terpancar dari sosoknya membuat orang orang yang dekat dengannya, terutama aku. walaupun usianya tidak terpaut jauh kami memanggilnya pak Seno(nama samaran), itu karena kami mengagumi beliau. Berawal dari seringnya meminta bagaimana memotifasi diri dari orang lain. membawaku lebih dekat dengannya.
Suatu hari aku sengaja pergi ketempat kostnya dengan alasan lagi kehilangan gairah kerja. aku sengaja datang malam malam biar nanti jika disuruh pulang alasan mess sudah ditutup biar aku diajak nginap ditempatnya. satu yang kusukai kalau dia tidur selalu memakai celana pendek tanpa baju. disaat seperti itu yang selalu hadir dalam mimpiku. malam malam aku mencuri waktu mengelus elus kakinya yang ditumbuhi bulu yang lebat yang menggambarkan kejantanannya.... sekali dua kali berlalu biasa saja, kali keempat aku nginap ditempatnya mungkin pak Seno bisa membaca pikiranku, saat aku pura pura ndusel dia memberikan sesuatu yang tak pernah terbayangkan. dia mengambil kepalaku dan mendekatkan kedaerah rahasianya dia lalu berkata. "mau....?" aku tak bisa berkata kata. aku bagaikan di awang awang aku mendekapnya dengan penuh gelora.
Mulai saat itu aku selalu ada untuk pak seno, segala keperluan pak seno aku penuhi, mulai dari mencuci bajunya, menyetrika dan sekaligus memasak untuknya. aku menempatkan diriku untuk pak Seno sebagai istrinya. Aku berbakti pada beliau, hingga akhirnya aku diajak tinggal bareng pak seno. semakin bahagia rasanya hidupku. selama tiga tahun aku menjalani hidup serumah dengan pak seno, namun datang juga waktu yang begitu kutakutkan. Pak seno harus pergi dan meninggalkanku dia menikah dengan kekasihnya. apalah arti diriku yang hanya bisa berbakti, sebagaimanapun cintaku, tak mungkin hidup selamanya, tak bisa memiliki. Pak Seno cuma menyayangiku hanya sebatas itu, karena kodratnya sebagai laki laki harus beristrikan seorang perempuan. tak mungkin hidup selamanya bersamaku. Di hari terakhir sebelum kaeberangkatannya pak seno sangat beringas dan membuatku kewalahan seakan memberikan kenangan yang begitu istimewa buatku.
Sekarang setelah tiga tahun berlalu, kenangan itu masih saja mengikat erat simpul hatiku. setelah pak Seno pergi aku keluar dari pekerjaan itu. sekarang aku bekerja sebagai penjaga sekaligus pengolah makanan timur tengah yang siap saji. banyak sekali orang mau menjalin hubungan denganku tapi tak satupun yang bisa menggoyahkan hatiku,karena yang bisa membuatku jatuh cinta. Aku hanya bisa jatuh hati pada laki laki yang punya penampilan matang dalam arti dewasa dan berpikir luas. Pak Seno sampai sekarang aku merindukanmu. Terima kasih atas semua yang pernah terjadi.

Seperti yang di tuturkan Raden di SDA

curhat sahabat (aku pengidap sadomasokis+pedopholia)

AKU PENGIDAP SADOMASOKIS

Bayangan gelap selalu menghantuiku, aku hidup dalam dua dunia yang begitu bertolak belakang. Masa kecil yang penuh tekanan membuatku tumbuh menjadi manusia yang paling sadis. namun disisi lain aku merupakan pribadi yang hangat dan selalu dikelilingi oleh orang orang yang mengagumiku. Aku berhasil menciptakan suasana magis bagi orang orang disekitar.
Panggil saja aku Rainhard, aku dilahirkan di Brisbane 27 tahun yang lalu aku anak kedua dari tiga bersaudara yang kesemuanya laki laki, orang tuaku pengusaha yang sangat sukses di Brisbane. mereka memiliki ritme hidup yang begitu cepat dan terukur, namun dalam kasih sayang aku merasakan ketimpangan yang menyolok. Kakakku sangat dibanggakan dalam keluarga karena punya otak yang sangat briliant, aku selalu dibandingkan dengannya. apapun yang kulakukan selalu salah dan dikatakan harusnya seperti Brakley dan selalu Brakley itu membuatku tak nyaman. Adikku sangat disayang karena dia memang bungsu dan selalu dilindungi oleh kedua orang tuaku. jika ada perselisihan diantara kami selalu aku yang disalahkan walaupun jelas jelas dia yang salah. tak sedikit siksaan dan pukulan yang mendera diatas tubuhku walaupun masalahnya sepele. Tinggal dirumah benar benar tidak nyaman buatku. jadi aku mencari pergaulan sendiri dan aku mencari kesenangan dengan anak anak pegawai ayahku yang tinggal dalam kompleks yamg sengaja dibangun untuk para pegawainya. aku bisa melakukan apapun diantara mereka, tentu saja tak berani melaporkan kejadian yang menimpa anak anaknya karena takut dipecat dari pekerjaan. Dan anak itu aku berikan iming iming mainan dan sejumalah uang walaupun diambil dari uang jajanku setiap hari. Yang penting aku mendapatkan pelampiasan diluar rumah.
Saat usiaku menginjak sebelas tahun aku membawa salah satu anak pegawai ayah kerumah dan kami bermain kuda kudaan, tentu saja dalam istilah sebenarnya. Waktu itu aku tidak berpikir jika itu akan berbuntut pada penyiksaan diriku. kami melakukan dengan keadaan telanjang bulat, dia kuanggap sebagai kuda tunggangan. Didalam kamar itu aku merasakan kekuasaan yang begitu kuinginkan. anak itu memiliki tubuh yang lebih mungil karena itu gampang aku kendalikan. ada kesenangan tersendiri saat itu. aku benar benar menungganginya walaupun tongkatku ereksi tapi aku masih bingung harus bagaimana, yang aku pikirkan adalah kekuasaan dan kekuatan semata. Kejadian itu dipergok oleh ayahku yang entah mengapa dia bisa pulang cepat. Aku disiksa habis habisan, dan tidak cukup sampai disitu aku tidak diberikan uang jajan sama sekali dan aku harus menginap dalam kamar selama seminggu dan tidak boleh melakukan aktifitas lain selain kesekolah dan kamar dikunci dari luar. Itu dilakukan dengan alasan agar aku tak mengulangi perbuatan seperti itu lagi. sejak saat itu aku bersumpah membenci ayahku dan juga kakak dan adikku, karena mereka tak pernah dihukum sedikitpun jika mereka melakukan kesalahan. dengan gampang mereka mendapat ampunan, sedangkan aku tak pernah jauh dari siksaan dan deraan. hampir tiap hari aku mendapatkan pukulan dan tamparan. akan sangat aneh jika dalam satu minggu tanpa penyiksaan. apakah aku bukan anak kandung mereka? Itu sering hinggap dalam benakku.
Hari hari berlalu . aku menginjak masa kuliah, itu merupakan usia kebebasanku, karena aku telah diberikan kekuasaan untuk mengatur sendiri dan memilih tempat untuk kuliah dan tentu saja aku memilih untuk kuliah di Adelaide. disamping jauh dari orang tua, tentu saja aku tak ingin sepak terjangku diketahui oleh keluargaku di Brisbane. Sudah jadi tradisi dalam keluarga kami jika sudah cukup umur alias duduk dibangku kuliah jadi itu awal dari kedewasaan, namun bagiku ini awal dari kemerdekaan yang sekian lama kutunggu tunggu. Walaupun ada kerabat jauh dari ibuku aku ingin hidup mandiri dan jauh dari jangkauan keluargaku, karena aku tak ingin jika mereka mengetahuinya semua fasilitas yang kumiliki saat ini distop sama sekali. makanya aku lebih memilih di apartment yang terpencil dan jauh dari kampus. bagiku tak masalah asal aman. satu hal yang selalu kujaga aku tak pernah membawa teman kencan ke apartment, jika itu kulakukan sama saja aku bunuh diri, karena setiap selesai selalu saja ada masalah bagi pasanganku, karena aku menikmati jika mereka menderita. aku pengidap sadomasokis atau apalah istilahnya, yang jelas aku akan mendapatkan kepuasan jika mereka benar benar merengek minta ampun padaku. Maka tidak heran jika aku tidak pernah melakukan kencan kedua dengan pasangan yang sama walaupun aku membayar dua kali lipat dari tarip semestinya.
Di Adeleide aku menemukan dunia baru. aku ingin berkuasa aku ingin dipandang sebagai orang yang mampu mengendalikan orang lain. cukup sudah aku hidup dibawah bayang bayang kakakku, dan aku ingin menjadi seorang Rainhard yang benar benar bisa mempengaruhi orang lain. dan itu terjadi sejak tiga bulan aku tinggal di Adelaide. dengan tekstur wajah yang macho dan kharismatik tak sedikit mahasiswa dan mahasiswi yang mau dekat denganku. namun tak semuanya aku terima aku hanya ingin bergaul dengan orang orang yang sehaluan. itu tak sulit karena dari lagaknya ketahuan kalau mereka juga suka sepertiku. namun yang membedakanku cuma selera saja. mereka suka dengan usia yang sebaya bahkan diatas mereka. lain denganku yang suka anak anak belia yang masih hijau dalam hal bercinta. antara aku George dan Aaron selalu menghabiskan akhir pekan dengan petualangan petualangan ketempat yang biasa menyediakan tenaga pemuas syahwat. aku takkan bercerita banyak tentang kedua temanku itu, yang aku fokuskan perjalananku dalam memburu kenikmatan. aku sangat menyukai petualangan ini, karena aku bisa berkuasa dan aku mendapatkan kepuasan yang berlipat lipat disaat mereka minta ampun dan memohon mohon padaku. setelah itu aku memberikan uang yang berlebih untuk mengobati sujur tubuh mereka yang aku siksa dan aku sundut dengan rokok. tak sedikit dari mereka yang harus berdarah darah untuk sebuah kepuasan.
Aku pernah ke Bali, tentu saja dengan satu tujuan untuk menikmati berondong manis istilah orang Indonesia. tapi aku tak mau mendapatkan yang sudah berpengalaman, karena mereka sudah tahu dan paham tentang seluk beluk seks. Aku dapatkan informasi dari teman teman di Ausie jika di Bali juga menyediakan sesuatu yang aku sukai. aku mendapatkan yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya, karena dari postur tubuh mereka rata rata lebih kecil dan itu yang membuatku lebih menikmati petualanganku di Bali. tiap enam bulan sekali aku pasti kembali ke surga dari segala surga. Dari pelayanan itu aku tak memperhitungkan aku harus mengeluarkan uang berapapun. Dan yang tak pernah aku pesan jikamereka menikmati siksaan dariku karena itu akan mengurangi dalam mencapai kepuaasn yang aku inginkan. aku tak takut karena aku telah memikliki rekening sendiri dari Opa yang diam diam mewariskan asetnya atas namaku tanpa sepengetahuan keluargaku yang lain. kembali tentang anak anak dibawah umur yang kuajak kencan aku selalu menyelipkan lembaran dolar ke celana mereka dan tentu saja tanpa sepengetahuan papi dan mami mereka alias germo.
yang membuatku bepikir kembali terhadap tindak tandukku ketika aku ke PNG. Aku menyewa gigolo jalanan yang ada di Port of Mouresby. aku menyewa penginapan yang sangat sederhana, karena aku tak ingin mencuri perhatian dari orang orang disana. Usianya masih 15 tahun, mungkin karena tuntutan ekonomi membuat dia sepeti itu. tapi aku tak perduli karena aku membayar dia bukan yang lainnya. Aku terbang jauh jauh dari Ausie untuk mencari kepuasan dan bukan memikirkan nasib para penjaja cinta disana. Aku melakukan semua itu untuk melepaskan kepenatan dari tugas kuliah yang kian menumpuk apa lagi mendekati ujian. aku melakukan sekedar refreshing. disini aku benar benar melampiaskan segalanya. yang aku pikirkan adalah untuk meregangkan urat syaraf. keesokan harinya muncul berita dimedia lokal Port of Mouresby diketemukan penjaja cinta yang masih sangat belia karena disiksa oleh turis. aku tak mau mati kutu dan aku cepat cepat berkemas dan kembali ke Adelaide. namun sejak saat itu aku dikejar perasaan bersalah dan tak bisa kunalar degan kata kata. kau telah banyak menimbulkan banyak korban akibat kebrutalan seksual yang kumiliki. diam diam aku menemui psikiater yang bisa kupercaya dan bisa menjaga rahasiaku. selama haampir tujuh bulan aku berkonsultasi sama psikiaterku, muncul suatu kesimpulan itu semua berawal dari kekerasan fisik dan psikis sejak aku masih kecil. kini di usiaku yang ke 27 tahun aku telah sedikit bisa mengontrol emosi dan keinginanku. walaupun belum sepenuhnya sembuh tapi aku yakin dengan pertolongan tuhan yesus aku bisa terbebas dari semua itu. jika akhirnya aku menceritakan ini pada tabloid ini karena aku ingin agar para orang tua bisa melihat jika kekerasan fisik pada anak anak akan menimbulkan efek yang sangat luar biasa pada saat anak itu setelah menjadi dewasa.

(MAAF semua nama saya samarkan biar gak terlacak... itu sahabat yang sekarang jadi teman)