Minggu, 23 Agustus 2009

Puisi

RAMADHAN

Bergetar semua sumbu dalam pori
ketika pintumu kian dekat
Ramadhan dalam rangkulan Hidayah
cahaya berpendar pendar
penuhi semua bilik dalam jiwa

Berusaha menengok jalan terlewati
banyak bentuk dan rupa
titik titik noda mewarnai
membuatku takut dan kerdil dipintumu
telah kau limpahkan segala rahmat
telah kau taburkan segala nikmat
tapi tak pernah puas menikmati
oleh angkara nafsu diri

Geletar kian terasa
ada diantara rasa syukur dan berdosa
kau berikan kesempatan membuka pintumu
biarkan diriku rebah dihadapanmu
aku takut pada bayangan hitam dosaku
berikan cahaya untuk membasuh raga ini
membasuh dengki dan iri hati
membasuh jumawa dan ego diri
berikan daku secercah cahaya
'tuk jadi pegangan hidup

(di serambi mesjid)

Goresan kecil

LELAKI ITU

Lelaki itu
membuatmu berpaling dariku
membawamu jauh sebrangi cinta
menuntun pada sudut kepalsuan
dengan bingkai hari jadi indah
bersemayam dalam sangkar emas

Lelaki itu
membuatmu meninggalkanku
tanggalkan segala ketulusan
melepaskan semua yang aku titipkan
hanya karena mutiara di jarimu

Lelaki itu
membuatmu melupakanku
memupus semua yang kita ciptakan
menghempaskan memory yang terangkai
oleh mutu manikam dikepalamu
buatmu menghilangkan jejak masa lalu

Kini, lelakimu terbang mencari wanita lain
wanita yang lebih segar untuk dibuai
wanita yang lebih cantik dibuatkan sangkar
dan kau terhempas sendirian
hanya sebuah kisah dari ratusan episode

Tanpa bisa kau meratap
air mata tak lagi ada
membisu tanpa bisa berkata
hanya tatapan gambarkan luka
hanya dalam hati bertanya
kemana lelaki itu berada

(Memo edisi 78)

Goresan kecil

SEJENAK CINTAMU

Bulan menggigil diatas Brisbane
rasaku melambat dalam ketukan
sunyi merambat mendaki pundak hati
bagai ular kacak meniti murbei

Menawar hati di Captain Burke Park
membawamu dalam pelukan
saat mata beradu diselongsong malam
terbangkan segala keinginan
membumbung lewati lake Manchaster
laksana naga terbalik memagut
terbang lintasi Bulimba cium gairah
hanya sejenak lalu terbangkan
mendarat di Muara Port of Brisbane

Bulan terkulai sunyi
melata diatas napas merambat
lalu lepaskan untuk kau dahagakan
sampai kembali mengambil kehidupanku

(kenangan triwulan of Brisbane)

Rabu, 19 Agustus 2009

lakey

LOVE WITH LAKEY

Tebing tebing cadas diujung LAKEY
oleh abrasi alam jadikan symphoni biru
antara lidah laut meliur sampai celah cadas
aku terpana oleh pesona pesolek hindia
LAKEY membawa diri pada rindu
jamahan cinta dalam sedimen hati
bergelimpangan luka dalam hati
gugur tergerus arus landas samudera
selatan sunda kecil kusemaikan hati
pada tarian ilalang ikut berdansa

Sapa pasang laut selatan yang menggelinjang
ciptakan sensasi di dinding hati yang rawan
sentuhanmu meluluh lantakkan jiwa
pecah berhamburan didinding cadas LAKEY
lenguhanmu sahut diantara gema senja
sengaja kau iring nafasku pada kulminasi
fantasi dewa dewa lemparkan mahkota
pada pucuk nyiur berumbul
lepaskan kegerahan diakhir musim
aku merasa jantan diatas gayutanmu
tak ada lagi kerontang dalam kemarau hati
terkelupas kerak hati,gugur dibasuh matamu

Kasih.....?!
Aku terbuai dalam lena dewata
jika ini mimpi,biarkan selamanya aku tertidur
jika nyata,ceburkan aku dalam gelombang LAKEY

goresan kaki

KUJEJAK CINTAMU

Saat kubuka kembali bilik yang terkunci
kutemukan elegi yang terbenam debu
rabun terasa dekat pada pandangan berkabut
Tersibak ruang berjelaga hingga ujung
Jejak hati hanya terbias angan
jauh jarak tercipta buatku gelagap
pandangan kian lamur karena jarak tak bertepi
Kau buat menjadi Nisbi
Meski dalam lisan tersirat ketegaran
namun rinai rindu selalu mendekam Qolbu
Dicabik srigala melolong rembulan
tak pernah tersampaikan
walau leher berkerak

Dalam rintisan memory coba bersandar
biarpun rasa tinggal sekulit ari
godam cinta merajam dalam jiwa
menjelajah antara daging dan tulang
resah menanti cinta datang kembali

Bulan menyusup dalam misai janji
hatimu berakar pada ketukan gurindam
aku berdaun diatas siapa......?
aku bertadah walau tudung tak berjukung

Wahai yang punya hati
akankah cerita ini kan menjadi nisbi
aku menunggu dalam balutan asa
kunanti disetiap persimpangan
aku tak tahu arah
telah kehilangan jejak kekasih
satu yang tak pernah lekang
pelukan terakhir di batas kota
berfatwa dalam relung hati
sampai kini
sampai nanti namamu takkan tergantikan