Jumat, 14 Mei 2010

curhat sahabat (aku pengidap sadomasokis+pedopholia)

AKU PENGIDAP SADOMASOKIS

Bayangan gelap selalu menghantuiku, aku hidup dalam dua dunia yang begitu bertolak belakang. Masa kecil yang penuh tekanan membuatku tumbuh menjadi manusia yang paling sadis. namun disisi lain aku merupakan pribadi yang hangat dan selalu dikelilingi oleh orang orang yang mengagumiku. Aku berhasil menciptakan suasana magis bagi orang orang disekitar.
Panggil saja aku Rainhard, aku dilahirkan di Brisbane 27 tahun yang lalu aku anak kedua dari tiga bersaudara yang kesemuanya laki laki, orang tuaku pengusaha yang sangat sukses di Brisbane. mereka memiliki ritme hidup yang begitu cepat dan terukur, namun dalam kasih sayang aku merasakan ketimpangan yang menyolok. Kakakku sangat dibanggakan dalam keluarga karena punya otak yang sangat briliant, aku selalu dibandingkan dengannya. apapun yang kulakukan selalu salah dan dikatakan harusnya seperti Brakley dan selalu Brakley itu membuatku tak nyaman. Adikku sangat disayang karena dia memang bungsu dan selalu dilindungi oleh kedua orang tuaku. jika ada perselisihan diantara kami selalu aku yang disalahkan walaupun jelas jelas dia yang salah. tak sedikit siksaan dan pukulan yang mendera diatas tubuhku walaupun masalahnya sepele. Tinggal dirumah benar benar tidak nyaman buatku. jadi aku mencari pergaulan sendiri dan aku mencari kesenangan dengan anak anak pegawai ayahku yang tinggal dalam kompleks yamg sengaja dibangun untuk para pegawainya. aku bisa melakukan apapun diantara mereka, tentu saja tak berani melaporkan kejadian yang menimpa anak anaknya karena takut dipecat dari pekerjaan. Dan anak itu aku berikan iming iming mainan dan sejumalah uang walaupun diambil dari uang jajanku setiap hari. Yang penting aku mendapatkan pelampiasan diluar rumah.
Saat usiaku menginjak sebelas tahun aku membawa salah satu anak pegawai ayah kerumah dan kami bermain kuda kudaan, tentu saja dalam istilah sebenarnya. Waktu itu aku tidak berpikir jika itu akan berbuntut pada penyiksaan diriku. kami melakukan dengan keadaan telanjang bulat, dia kuanggap sebagai kuda tunggangan. Didalam kamar itu aku merasakan kekuasaan yang begitu kuinginkan. anak itu memiliki tubuh yang lebih mungil karena itu gampang aku kendalikan. ada kesenangan tersendiri saat itu. aku benar benar menungganginya walaupun tongkatku ereksi tapi aku masih bingung harus bagaimana, yang aku pikirkan adalah kekuasaan dan kekuatan semata. Kejadian itu dipergok oleh ayahku yang entah mengapa dia bisa pulang cepat. Aku disiksa habis habisan, dan tidak cukup sampai disitu aku tidak diberikan uang jajan sama sekali dan aku harus menginap dalam kamar selama seminggu dan tidak boleh melakukan aktifitas lain selain kesekolah dan kamar dikunci dari luar. Itu dilakukan dengan alasan agar aku tak mengulangi perbuatan seperti itu lagi. sejak saat itu aku bersumpah membenci ayahku dan juga kakak dan adikku, karena mereka tak pernah dihukum sedikitpun jika mereka melakukan kesalahan. dengan gampang mereka mendapat ampunan, sedangkan aku tak pernah jauh dari siksaan dan deraan. hampir tiap hari aku mendapatkan pukulan dan tamparan. akan sangat aneh jika dalam satu minggu tanpa penyiksaan. apakah aku bukan anak kandung mereka? Itu sering hinggap dalam benakku.
Hari hari berlalu . aku menginjak masa kuliah, itu merupakan usia kebebasanku, karena aku telah diberikan kekuasaan untuk mengatur sendiri dan memilih tempat untuk kuliah dan tentu saja aku memilih untuk kuliah di Adelaide. disamping jauh dari orang tua, tentu saja aku tak ingin sepak terjangku diketahui oleh keluargaku di Brisbane. Sudah jadi tradisi dalam keluarga kami jika sudah cukup umur alias duduk dibangku kuliah jadi itu awal dari kedewasaan, namun bagiku ini awal dari kemerdekaan yang sekian lama kutunggu tunggu. Walaupun ada kerabat jauh dari ibuku aku ingin hidup mandiri dan jauh dari jangkauan keluargaku, karena aku tak ingin jika mereka mengetahuinya semua fasilitas yang kumiliki saat ini distop sama sekali. makanya aku lebih memilih di apartment yang terpencil dan jauh dari kampus. bagiku tak masalah asal aman. satu hal yang selalu kujaga aku tak pernah membawa teman kencan ke apartment, jika itu kulakukan sama saja aku bunuh diri, karena setiap selesai selalu saja ada masalah bagi pasanganku, karena aku menikmati jika mereka menderita. aku pengidap sadomasokis atau apalah istilahnya, yang jelas aku akan mendapatkan kepuasan jika mereka benar benar merengek minta ampun padaku. Maka tidak heran jika aku tidak pernah melakukan kencan kedua dengan pasangan yang sama walaupun aku membayar dua kali lipat dari tarip semestinya.
Di Adeleide aku menemukan dunia baru. aku ingin berkuasa aku ingin dipandang sebagai orang yang mampu mengendalikan orang lain. cukup sudah aku hidup dibawah bayang bayang kakakku, dan aku ingin menjadi seorang Rainhard yang benar benar bisa mempengaruhi orang lain. dan itu terjadi sejak tiga bulan aku tinggal di Adelaide. dengan tekstur wajah yang macho dan kharismatik tak sedikit mahasiswa dan mahasiswi yang mau dekat denganku. namun tak semuanya aku terima aku hanya ingin bergaul dengan orang orang yang sehaluan. itu tak sulit karena dari lagaknya ketahuan kalau mereka juga suka sepertiku. namun yang membedakanku cuma selera saja. mereka suka dengan usia yang sebaya bahkan diatas mereka. lain denganku yang suka anak anak belia yang masih hijau dalam hal bercinta. antara aku George dan Aaron selalu menghabiskan akhir pekan dengan petualangan petualangan ketempat yang biasa menyediakan tenaga pemuas syahwat. aku takkan bercerita banyak tentang kedua temanku itu, yang aku fokuskan perjalananku dalam memburu kenikmatan. aku sangat menyukai petualangan ini, karena aku bisa berkuasa dan aku mendapatkan kepuasan yang berlipat lipat disaat mereka minta ampun dan memohon mohon padaku. setelah itu aku memberikan uang yang berlebih untuk mengobati sujur tubuh mereka yang aku siksa dan aku sundut dengan rokok. tak sedikit dari mereka yang harus berdarah darah untuk sebuah kepuasan.
Aku pernah ke Bali, tentu saja dengan satu tujuan untuk menikmati berondong manis istilah orang Indonesia. tapi aku tak mau mendapatkan yang sudah berpengalaman, karena mereka sudah tahu dan paham tentang seluk beluk seks. Aku dapatkan informasi dari teman teman di Ausie jika di Bali juga menyediakan sesuatu yang aku sukai. aku mendapatkan yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya, karena dari postur tubuh mereka rata rata lebih kecil dan itu yang membuatku lebih menikmati petualanganku di Bali. tiap enam bulan sekali aku pasti kembali ke surga dari segala surga. Dari pelayanan itu aku tak memperhitungkan aku harus mengeluarkan uang berapapun. Dan yang tak pernah aku pesan jikamereka menikmati siksaan dariku karena itu akan mengurangi dalam mencapai kepuaasn yang aku inginkan. aku tak takut karena aku telah memikliki rekening sendiri dari Opa yang diam diam mewariskan asetnya atas namaku tanpa sepengetahuan keluargaku yang lain. kembali tentang anak anak dibawah umur yang kuajak kencan aku selalu menyelipkan lembaran dolar ke celana mereka dan tentu saja tanpa sepengetahuan papi dan mami mereka alias germo.
yang membuatku bepikir kembali terhadap tindak tandukku ketika aku ke PNG. Aku menyewa gigolo jalanan yang ada di Port of Mouresby. aku menyewa penginapan yang sangat sederhana, karena aku tak ingin mencuri perhatian dari orang orang disana. Usianya masih 15 tahun, mungkin karena tuntutan ekonomi membuat dia sepeti itu. tapi aku tak perduli karena aku membayar dia bukan yang lainnya. Aku terbang jauh jauh dari Ausie untuk mencari kepuasan dan bukan memikirkan nasib para penjaja cinta disana. Aku melakukan semua itu untuk melepaskan kepenatan dari tugas kuliah yang kian menumpuk apa lagi mendekati ujian. aku melakukan sekedar refreshing. disini aku benar benar melampiaskan segalanya. yang aku pikirkan adalah untuk meregangkan urat syaraf. keesokan harinya muncul berita dimedia lokal Port of Mouresby diketemukan penjaja cinta yang masih sangat belia karena disiksa oleh turis. aku tak mau mati kutu dan aku cepat cepat berkemas dan kembali ke Adelaide. namun sejak saat itu aku dikejar perasaan bersalah dan tak bisa kunalar degan kata kata. kau telah banyak menimbulkan banyak korban akibat kebrutalan seksual yang kumiliki. diam diam aku menemui psikiater yang bisa kupercaya dan bisa menjaga rahasiaku. selama haampir tujuh bulan aku berkonsultasi sama psikiaterku, muncul suatu kesimpulan itu semua berawal dari kekerasan fisik dan psikis sejak aku masih kecil. kini di usiaku yang ke 27 tahun aku telah sedikit bisa mengontrol emosi dan keinginanku. walaupun belum sepenuhnya sembuh tapi aku yakin dengan pertolongan tuhan yesus aku bisa terbebas dari semua itu. jika akhirnya aku menceritakan ini pada tabloid ini karena aku ingin agar para orang tua bisa melihat jika kekerasan fisik pada anak anak akan menimbulkan efek yang sangat luar biasa pada saat anak itu setelah menjadi dewasa.

(MAAF semua nama saya samarkan biar gak terlacak... itu sahabat yang sekarang jadi teman)

1 komentar: